28 May 2015

Resiliensi Perempuan Dan Pansel KPK

Sory buat Kang Delianur yang udah mengCopy tulisan mu, saya termasuk pengagum Bang Delianur yang merupakan Ketua Umum Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesai Tahun 2004-2006. Berikut tulisan belia yang di sadap dari akun Facebooknya.

Sering mendengar istilah resiliensi kan?ya resiliensi. Bila disingkatkan resiliensi itu berarti daya tahan menghadapi tekanan. Tetapi resiliensi bukan sekedar daya tahan. Dia adalah kemampuan seseorang untuk melipatgandakan tekanan yang menimpa dirinya menjadi kekuatan baru. Sehingga alih-alih menjadi lemah dengan tekanan yang ada, dia justru mendapat kekuatan baru yang lebih besar. Jadi makin besar tekanan yang menimpa dirinya, makin kuatlah dirinya.
Bila dianalogikan mungkin resiliensi itu seperti ban karet dibandingkan dengan tembok atau besi. Ban karet sekuat apapun pukulan dan tekanan yang kita timpakan, dia mungkin akan menjorok ke dalam sementara waktu tetapi setelah itu kembali seperti semula. Rata seperti tidak pernah ditekan. Begitu seterusnya. Berbeda dengan tembok atau besi. Sekuat-kuatnya tembok atau besi, bila dia dipukul terus menerus maka dia akan roboh atau patah. Tidak kembali ke bentuk semula. Kira-kira seperti ban karet itulah yang namanya resiliensi. Makin kuat tekanan yang diterima, dia tidak hanya akan kembali seperti semula, tapi daya tahan nya makin tinggi.

Nah saya kadang-kadang berpikir, daya resiliensi perempuan itu lebih tinggi dibanding laki-laki. Sekuat apapun tekanan yang dialami perempuan, dia akan kuat menghadapinya. Meski dalam sementara waktu dia akan terpapar dulu. Tetapi setelah itu dia akan kembali seperti semula bahkan menjadi jauh lebih kuat. Sementara laki-laki lain. Dia memang terlihat kuat, tetapi ketika berkali-kali ditekan dan dipukul, suatu saat dia roboh dan patah seperti tembok dan besi itu.
Coba simak apa yang dikatakan Martin E.P Seligman Ph.D, Pakar Psikologi positif tentang daya tahan. Menurut Martin daya tahan manusia itu bisa dilihat dari cara pandangnya yang optimis dalam menghadapi masalah. Makin optmis, makin tinggi daya tahannya. Perbedaan orang optimis dan pesimis menurut Martin sebagai berikut;
Secara waktu orang optimis memandang masalah sebagai sesuatu yang temporal, sementara yang pesimis melihat masalah sebagai sesuatu yang permanen. Bagi orang optimis ruang lingkup sebuah permasalahan itu bisa dipandang secara spesifik. Sementara bagi orang pesimis masalah itu sering dipandang secara global. Secara harapan, orang optimis selalu memiliki harapan dari setiap masalah yang dihadapi. Sementara orang pesimis melihat masalah seolah tanpa harapan pemecahan. Sementara dalam aspek personalisasi orang optmis selalu melihat permasalahan berawal dari problem internal sementara orang pesimis melihat permasalahan sebagai kesalahan eksternal.
Nah kira-kira dari uraian Seligman ini, siapakah yang suka melihat masalah sebagai sesuatu yang temporal, melihat sesuatu secara spesifik dan detail, selalu memiliki harapan dari setiap permasalahan dan terbiasa melihat kepada faktor internal ketimbang eksternal?
Kalau masih tidak percaya coba sekali-kali naik Bus Way atau angkutan umum di Jakarta. Awal pertama ke Jakarta saya agak risih melihat perempuan menjadi kondektur Bus Kota. Seperti tidak sregnya saya melihat perempuan menjadi supir Bus Way. Tetapi setelah dipikir kembali, kenapa mereka seperti itu?Kenapa mereka masuk ke dunia kerja yang sangat keras wilayah laki-laki? Karena tekanan hidup membuat mereka harus survive sehingga mereka masuk ke wilayah yang biasanya di dominasi laki-laki, meninggalkan zona nyaman mereka. Jadi tekanan hidup alih-alih membuat mereka mundur, justru membuat mereka bergerak maju bertarung ke arena yang lebih keras.
Atau misalnya mari kita ingat kembali nama Muhammad Yunus yang mendirikan Grameen Bank di Bangladesh sana. Karena kreasi nya ini Muhammad Yunus mendapat Nobel. SBY bahkan mengundang nya ke Indonesia, menyuruh seluruh mentri dan pejabat negara hadir di Istana mendengarkan ceramah Muhammad Yunus. Seingat saya hanya sedikit tokoh yang diundang SBY dan menyampaikan ceramah di istana negara.
Muhamad Yunus mendirikan Gramen Bank. Bank for the poor. Lembaga keuangan micro untuk memerangi kemiskinan di Bangladesh. Apa yang menarik dari Grameen Bank?Grameen memberikan pinjaman usaha ke rakyat miskin dengan targetnya para perempuan. Kenapa perempuan?Karena para perempuan itulah yang paling terkena imbas terpapar kemiskinan di Bangladesh. Uniknya justru perempuan lah yang paling fight menghadapi kemiskinan yang mendera mereka. Lebih menarik lagi meskipun pinjaman tanpa collateral, jaminan, Grameen Bank berkembang karena perempuan-perempuan itu tetap mengembalikan pinjamannya.
Coba bayangkan apa yang dilakukan laki-laki ketika dia mengalami krisis ekonomi?Atau apa yang dilakukan laki-laki bila diberikan pinjaman usaha tanpa harus memberikan jaminan
Tetapi yah memang tidak semua perempuan bisa seperti itu. Sebagaimana tidak semua laki-laki juga disebut berdaya resiliensi rendah. Saya misalnya sering kesal kalau sedang naik Bus Way atau kereta. Perempuan sudah diberi gerbong khusus tetapi masih saja masuk ke gerbong laki-laki. Setelah itu menunjukan diri secara demonstratif di depan laki-laki yang sudah mendapat duduk seperti minta duduk. Kalau saya lagi fit ya gak apa-apa. Tetapi kadang-kadang kaki saya sedang sakit atau saya memang waktu berangkat belum makan sehingga butuh istirahat dengan duduk.
Tetapi kira-kira begitulah. Menurut saya memang perempuan memiliki daya resiliensi lebih tinggi dibanding laki-laki. Tetapi itu menurut saya lo. Subjektifitas saya menyimpulkan fenomena. Bukan berdasar penelitian ilmiah. Hanya saja tadi pagi saya sempat kirim WA ke istri. Bertanya ke istri, menurut penelitian, secara gender siapakah yang paling mempunyai daya resiliensi yang kuat. Jawab istri saya singkat : perempuan. Saya tidak bertanya lagi penelitian dari mana dan buku apa serta siapa tokohnya. Karena itu kan percakapan di WA sambil lalu. Hanya saja istri saya ini kebetulan awal tahun ini baru saja meraih gelar Master Psikologi dengan nilai cum laude sementara thesisnya tentang daya resiliensi. Insyaallah bukan dari universitas abal-abal demi meraih gelar dan ijazah abal-abal
Nah dalam sisi inilah saya melihat kenapa pansel KPK itu memang cocok dipilih dari perempuan semua. Walaupun seperti yang lain, sebagai laki-laki saya sempat tersinggung. Kalau perempuan melihat dominasi laki-laki di ruang publik sering berkomentar “Emang gak ada perempuan yang mampu yah? Nah saya juga berkomentar sama. Emang gak ada laki-laki yang mampu yah untuk jadi pansel KPK?Tetapi keputusan kan sudah dibuat tinggal di eksekusi. Nasi sudah menjadi ember (karena sekarang zaman beras plastik).
Kembali ke awal. Jadi memang sepertinya pansel KPK itu cocok diisi oleh perempuan semua. Karena mereka mempunyai daya resiliensi yang lebih kuat dibanding laki-laki. Daya tahan mereka menghadapi tekanan sangatlah tinggi. Sementara kita tahu KPK di masa Presiden Jokowi ini memang kacau beliau. Presiden Jokowi bukan hanya tidak melaksanakan janjinya untuk memperkuat KPK, malah bertentangan dengan janjinya. Sampai sekarang kita melihat bagaimana silang sengkarutnya penanganan korupsi di Indonesia. Personal KPK tidak hanya di kriminalkan, bahkan dunia hukum pun ada istilah ; Pra peradilan tersangka KPK. Ini berawal dari sikap Presiden terhadap KPK yang tidak jelas.
Karenanya secara simbolik sebetulnya dengan pemilihan pansel KPK dari perempuan ini kita bisa maknai kalau Presiden seolah sedang bicara ke kita: “Iya nih, saya memang gak bener ngurus KPK. Ini saya coba benerin lagi. Saya buatin tim pansel yang kuat supaya KPK yang terbentuk juga kuat". Kira-kira begitulah tafsiran saya melihat kebijakan Presiden ini
Tetapi kalau mau begitu Pak Presiden kira-kira juga dong. Masak tim pansel sampai rangkap jabatan begitu. Conflict of interest dong kalau ketua pansel itu staff khusus Mentri BUMN. Karena orang ditunjuk jadi staff khusus mentri itu bukan saja karena dia memiliki pemikiran yang sama dengan si mentri tetapi dia juga sudah mempunyai kedekatan psikologis dengan tuannya itu. Cara komunikasinya tidak lagi perlu memakai surat, memo, sms atau mulut untuk berbicara panjang lebar. Cukup dengan jentikan kuku, ketukan pulpen atau kerlingan mata mereka sudah saling tahu maksudnya apa
Sementara Bu Rini boleh mendaku sebagai orang professional. Tetapi bagaimana pun dia dipilih karena memiliki posisi politik. Si Ibu Mentrri ini kan kepercayaan Bu Megawati. Kalau tidak dipercaya mana mungkin Bu Rini bisa membujuk Bu Mega untuk mengeluarkan Surat Keterangan Lunas bagi para obligor BLBI yang mengemplang uang negara trilyunan rupiah itu. Bu Rini itu orang Partai hanya tidak ber Partai

0 komentar:

Post a Comment