28 January 2017

Randi Muchariman : Pesan Buat Ade Armando

Ade Armando; Allah kan bukan orang Arab



Sore tadi (25/1/2017) saya membaca berita di media online bahwa Ade Armando menjadi tersangka karena status ‘Allah bukan orang Arab’. Saya mencoba untuk seksama membaca dan memikirkannya, termasuk membaca tulisan Ade Armando di madinaonline.id untuk menjelaskan maksud statusnya tersebut. Tulisan ini hanyalah sajian singkat untuk memberikan satu pandangan terhadap persoalan ini.

Berdasarkan tulisan yang berjudul Allah Bukan Orang Arab, Allah Pencipta Orang Arab yang dimuat dalam madinaonline.id, Ade Armando telah menulis status di FB sebagai berikut; “Allah kan bukan orang Arab. Tentu Allah senang kalau ayat-ayat-Nya dibaca dengan gaya Minang, Ambon, Cina, Hiphop, Blues...” . Status tersebut dianggap oleh sebagian orang sebagai menyamakan Allah dengan orang.

Melalui tulisan di madinaonline.id tersebut Ade Armando membantahnya dan menerangkan bahwa maksud dari statusnya adalah sebagai apresiasi terhadap Mentri Agama yang menyatakan bahwa dia (Mentri Agama) akan membuat festival membaca Al Quran dengan berbagai langgam yang ada di Nusantara. Menurut Ade Armando, orang yang menganggapnya sebagai menyamakan Allah dengan orang menggunakan logika yang lemah. Dia memberikan penjelasan sebagai berikut
“Jelas-jelas saya menyatakan : “Allah itu kan bukan orang Arab”. Mereka yang berpikiran jahat tentu bisa saja memelintir logika pembaca dengan mengatakan bahwa dengan demikian saya menyatakan bahwa Allah itu pada dasarnya orang, tapi bukan orang Arab.
Logika semacam itu tentu saja lemah. Kalau saya menyatakan bahwa teman saya ‘bukan monyet gila’ itu tidak berarti saya mengatakan bahwa teman saya itu ‘monyet waras’. Sederhana!”
Tulisan ini mencoba untuk mengurai berbagai penjelasan yang memungkinkan dari pernyataan Ade Armando tersebut. Mendekatinya sebagai sebuah teks yang tidak pernah terlepas dari konteks adalah upaya yang akan dilakukan untuk dapat lebih memahami makna yang ada dalam teks tersebut. Status Ade Armando yang terdiri dari dua kalimat serta penjelasannya di madinaonline.id akan ditelaah secara terpisah untuk selanjutnya diberikan simpulan di telaah yang terakhir.
Telaah Terhadap Status FB
Teks memiliki kapasitas untuk menjelaskan dirinya sendiri melalui hubungan atau kohesi leksikal di dalam teks itu sendiri. Mendekati status FB sebagai sebuah teks dalam konteksnya akan dilakukan dalam telaah kedua terhadap tulisan Ade Armando di madinaonline.id. Pembagian telaah ini dipilih mengingat bahwa pembaca status FB akan memahami status tersebut tanpa mengetahui konteks dari status tersebut.
Proses produksi, distribusi dan konsumsi teks dalam status FB yang memungkinkan pembaca tidak mengetahui konteks semestinya sudah menjadi kesadaran bersama dari para pengguna FB. Bahwa FB adalah semacam ruang terbuka yang bisa disinggahi oleh banyak orang atau sebagian orang tertentu adalah sebuah pengetahuan umum. Oleh karena itu, dapat diberikan simpulan pembuat status secara sadar akan menulis teks dalam keadaan lingkungan tersebut. Maka, status itu dianggap memiliki kemampuan untuk menjelaskan teks itu sendiri.
Status itu terbagi dalam dua kalimat. Kalimat pertama; “Allah kan bukan orang Arab.” Kalimat kedua; “Tentu Allah senang kalau ayat-ayat-Nya dibaca dengan gaya Minang, Ambon, Cina, Hiphop, Blues...”. Antara dua kalimat ini dihubungkan oleh kata tentu yang memiliki fungsi untuk menempatkan kalimat kedua sebagai penjelasan bagi kalimat pertama. Fungsi dari kata tersebut didapat karena kata tentu memiliki makna pasti; tidak berubah lagi; niscaya; mesti; tidak boleh tidak.
Menggunakan kata tentu untuk memahami status tersebut, maka status itu dapat dibaca menjadi berikut; Allah bukan orang Arab. Niscaya; pasti; tidak berubah lagi; tidak boleh tidak; mesti Allah senang kalau ayat-ayat-Nya dibaca dengan gaya Minang, Ambon, Cina, Hiphop, Blues...”. Dengan kalimat tersebut, dapat dipahami bahwa makna ideasional atau gagasan dari status tersebut adalah Allah senang ayat-ayat-Nya dibaca dengan berbagai gaya tersebut. Dan hal itu menunjukan bahwa metafungsi yang sebenarnya dari status itu adalah Allah senang ayat-ayat-Nya dibaca dengan berbagai gaya tersebut dan bukan di Allah kan bukan orang Arab. Sehingga andaikan status itu hanya ditulis Allah senang kalau ayat-ayat-Nya dibaca dengan gaya Minang, Ambon, Cina, Hiphop, Blues... maka teks itu telah memenuhi unsur wajibnya. Teks itu tidak akan kehilangan fungsinya sebagai sebuah bahasa yang berfungsi dalam lingkungan sosial atau pergaulan manusia.
Apabila dua simpulan awal dianggap benar; pertama bahwa kalimat kedua merupakan penjelasan bagi kalimat kedua karena dihubungkan oleh kata tentu, kedua bahwa metafungsi atau unsur wajib, maka telaah harus diberikan kepada penggunaan kata tentu yang menghubungkan kedua kalimat tersebut dan memberikan simpulan sebagai berikut;
1. Kalimat pertama merupakan sebab bagi kalimat kedua. Sebab Allah bukan orang Arab, sehingga Allah senang ayat-ayat-Nya dibaca dengan berbagai gaya.
2. Kalimat pertama merupakan kalimat yang menyimpang sehingga status tersebut rancu untuk dipahami secara utuh. Status itu dapat dipahami secara utuh, tidak rancu jika hanya memuat kalimat kedua saja.
3. Jika Allah senang ayat-ayat-Nya dibaca dengan berbagai gaya, dan Allah bukan orang Arab bukan sebagai sebab. Maka Allah bukan orang Arab adalah suatu kalimat pelurusan dengan sebuah penyangkalan. Sehingga status itu dapat dibaca berikut; Allah itu bukan orang Arab, tetapi Allah itu adalah yang senang ayat-ayat-Nya dibaca dengan berbagai gaya.
Berdasarkan ketiga hal tersebut, modalitas yang dapat dipahami adalah sebuah upaya untuk menunjukan persona pembuat teks tersebut. Ade Armando melalui status tersebut sedang menyampaikan pesan kepada yang mengkonsumsi teks bahwa dia adalah yang mengetahui, yang mengenal Allah. Karena kalimat pertama berisi penyangkalan, maka sebab Allah senang ayat-ayat-Nya dibaca dengan berbagai gaya tidak dapat diketahui. Berkaitan dengan hal ini, terdapat beberapa kemungkinan untuk dipahami;
1. Allah tidak perlu sebab untuk senang ayat-ayat-Nya dibaca dengan berbagai gaya.
2. Kesimpulan Allah senang ayat-ayat-Nya dibaca dengan berbagai gaya disebabkan oleh pembuat teks menyatakan itu sebagai benar. Sehingga Allah dikenali dan benar ketika berkoreferensi atau sesuai dengan pernyataan yang memproduksi teks. Sehingga status itu dapat dibaca sebagai berikut; Allah bukan orang Arab, tetapi Allah adalah apa yang saya katakan tentang-Nya.
Telaah terhadap status tersebut dibatasi sesuai dengan kaidah tekstur dan struktur teks tanpa melibatkan konteksnya. Menyatakan bahwa status tersebut adalah rancu lebih baik dipilih daripada menyatakan bahwa yang melakukan produksi teks menyatakan dirinya sebagai penentu kebenaran dan yang menentukan Allah itu apa atau siapa. Karena berdasarkan analisis tekstual, pernyataan pertama lebih kuat dan lebih mudah dipahami.
Telaah Terhadap Tulisan di Madinaonline.id
Berdasarkan tulisan di madinaonline.id, status tersebut ditulis untuk mengomentari pernyataan Mentri Agama RI bahwa dia akan membuat festival membaca Al Quran dengan berbagai langgam yang ada di Nusantara. Menurut Ade Armando, gagasan Metri Agama RI tersebut adalah gagasan yang hebat dan perlu didukung. Dengan tujuan agar kalam Allah dapat disampaikan secara lebih baik kepada masyarakat luas di Indonesia. Konteks tersebut menunjukan praktik sosial dan teks yang mendahului kalimat kedua dari status Ade Armando.
Konteks untuk kalimat pertama ditunjukan oleh praktik sosial dan teks sebelumnya terkait dengan gejala yang membuat gangguan. Yakni adanya kelompok-kelompok dalam masyarakat yang terus menyuarakan gagasan bahwa kebudayaan Islam adalah kebudayaan Arab. Gejala kearab-araban yang yang berlangsung akibat propaganda internasional kaum Wahabi di Saudi Arabia.
Hubungan antara kedua konteks itu adalah bahwa upaya penyebaran ayat-ayat Allah di masyarakat bisa lebih luas dengan memanfaatkan kedekatan budaya yang beragam sehingga hal ini akan menjadikan Islam sebagai agama universal yang tidak terpusat pada segala sesuatu yang berbau arab.
Setelah menjelaskan konteks dari teks statusnya di FB, Ade Armando menjelaskan kalimat pertama yakni Allah kan bukan orang Arab yang dianggap oleh sebagian orang dengan menyamakan Allah dengan orang. Ade Armando menjelaskan kalimat pertama tersebut tanpa melakukan penjelasan hubungan antar kalimat satu dengan kalimat dua dengan penjelasan yang menjawab berbagai pertanyaan dalam telaah terhadap statusnya yang telah dilakukan sebelumnya.
Ade Armando menunjukan hubungan kedua kalimat itu, sekaligus menunjukan makna statusnya dalam sebuah paragraf berikut;
“Jadi yang saya maksudkan dengan status saya itu simpel. Saya ingin mengatakan bahwa marilah kita mendukung upaya penyebaran ayat-ayat Allah dengan beragam cara dan budaya, tanpa harus selalu kearab-araban. Yang senantiasa menganggap Arab itu superior ya orang Arab sendiri. Nah karena Allah jangan disamakan dengan orang, apalagi orang Arab, marilah kita tidak kuatir bahwa Allah akan tersinggung kalau ayat-ayat-Nya disampaikan dengan gaya Jawa, Ambon, Minang, Cina atau mungkin blues dan hiphop (yang sedang digandrungi anak muda abad 21).
Berdasarkan tulisan tersebut, terdapat beberapa tatanan wacana yang seharusnya bisa ditelusuri lebih jauh untuk membuat telaah ini menjadi lebih baik. Diantara tatanan wacana tersebut adalah tentang konsep universal, tentang konsep Tuhan yang tersinggung dan senang, tentang konsep agama dan budaya. Dan telaah yang lebih dalam tersebut akan diabaikan dalam tulisan yang sangat singkat ini.
Hal yang patut dicermati dan ditelaah saat ini adalah pilihan arab dalam kalimat berikut ini; “Nah karena Allah jangan disamakan dengan orang, apalagi orang Arab, “. Kata apalagi adalah kata penghubung untuk menguatkan atau menambahkan apa yang telah dibicarakan terdahulu; lebih-lebih (lagi); tambahan pula; terlebih-lebih pula. Pilihan Arab dan bukan yang lainnya dalam kalimat tersebut memungkinkan dapat diketahui sebabnya dari paragraf-paragraf sebelumnya kalimat sebelumnya terkait dengan gagasan kebudayaan Islam adalah kebudayaan Arab dan propaganda internasional kaum Wahabi.
Kata apalagi menunjukan makna lebih-lebih (lagi); tambahan pula; terlebih-lebih pula. Sehingga kalimat “... jangan disamakan dengan orang, apalagi orang Arab,..” menunjukan Arab sebagai yang lebih-lebih lagi. Dalam hal ini, menunjukan pandangan terhadap Arab dibandingkan yang bukan Arab. Kata Arab untuk koreferensi kepada kata orang, dan kata orang untuk menunjukan kepada persoalan yang tidak baik, salah, yaitu menyamakan Allah dengan orang. Maka, kalimat tersebut bermakna bahwa orang Arab lebih jelek, lebih buruk, daripada orang-orang bukan arab.
Apabila kesimpulan tersebut keliru, penjelasan yang memungkinkan adalah orang sebagai sesuatu yang lebih umum, dan orang arab adalah sesuatu yang lebih khusus. Sehingga sebenarnya kalimat itu dapat ditulis juga “... jangan disamakan dengan orang, apalagi orang Jawa,”. Atau menggunakan kata-kata lainnya seperti Minang, Sunda, atau Indonesia. Artinya, menyamakan Allah dengan orang itu tidak boleh, terlebih lebih pula dengan orang dengan ciri fisik atau budaya tertentu.
Kesimpulan kedua tersebut harus dijernihkan dengan menelaah kalimat sebelumnya berikut; “Yang senantiasa menganggap Arab itu superior ya orang Arab sendiri”. Jika antara dua kalimat tersebut tidak ada hubungannya, maka kesimpulan kedua yang lebih bisa diterima. Tetapi jika antara dua kalimat tersebut sesuatu yang memiliki kohesi leksikan tertentu, maka kesimpulan yang pertama yang lebih bisa diterima.
Penjelasan hubungan antara dua kalimat tersebut bisa disusun sebagai berikut. Penyebutan apalagi orang Arab terkait dengan kata superior yang disebutkan sebelumnya. Kata Arab dalam kalimat apalagi orang Arab bermakna lebih buruk atau jelek. Jadi, apalagi orang Arab itu merujuk kepada yang senantiasa menganggap Arab itu superior ya orang Arab sendiri. Jadi anak kalimat itu dapat dibaca berikut; apalagi orang Arab yang senantiasa menganggap Arab itu superior. Dalam pemaknaan seperti ini, orang Arab itu lebih buruk daripada orang bukan Arab yakni orang Arab yang senantiasa menganggap Arab superior.
Telaah dan simpulan
Tulisan ini berupaya untuk menelaah status FB Ade Armando melalui analisis tekstual yang dilakukan secara ringkas. Kesimpulan yang lebih baik memang akan didapatkan ketika analisis tekstual dapat dilakukan secara lebih mendalam. Namun, berdasarkan dua telaah sebelumnya, tulisan ini harus membuat simpulan telaah akhir.
Status FB dan tulisan di madinaonline.id Ade Armando itu memiliki berbagai kerancuan. Misalnya adalah ketika dia membuat kesimpulan bahwa Allah senang ayat-ayat-Nya dibaca dengan berbagai gaya. Secara korespondensi apakah Ade Armando pernah bertemu atau berbicara dengan Allah lalu bertanya dan mendapatkan jawaban itu dari Allah. Secara koherensi, pernyataan Allah senang didapat dari dugaan-dugaannya tanpa menunjukan pertalian secara koherensi yang sangat kukuh dari ayat-ayat-Nya dan ulama yang melakukan klarifikasi terhadapnya. Kenyataan ini menunjukan bahwa Ade Armando telah menulis di luar kepatutannya dan secara tidak pantas telah membicaran persoalan yang seharusnya tidak dibicarakan oleh dirinya.
Demikian tulisan ini saya susun dengan harapan dapat diperbaiki dan dibaca oleh Ade Armando. Terimakasih.

0 komentar:

Post a Comment