14 October 2014

Kebijaksanaan seorang guru

3 x 8 = 23
ini bukan kisah PR siswa yang dikerjakan Mahasiswa itu...

SUDIN adalah murid kesayangan Ustad Sholeh yang suka belajar, sifatnya baik. Pada suatu hari ketika SUDIN sedang bertugas, dia melihat satu toko kain sedang dikerumunin banyak orang. Dia mendekat dan mendapati pembeli dan penjual kain sedang berdebat.
Pembeli berteriak: "3x8 = 23, kenapa kamu bilang 24?"
SUDIN mendekati pembeli kain dan berkata: "Sobat, 3x8 = 24, tidak usah diperdebatkan lagi".

Pembeli kain tidak senang lalu menunjuk hidung SUDIN dan berkata: "Siapa minta pendapatmu? Kalaupun mau minta pendapat mesti minta ke Ustad Sholeh. Benar atau salah Ustad Sholeh-lah yang berhak mengatakan".
SUDIN: "Baik, jika Ustad Sholeh bilang kamu salah, bagaimana?"
Pembeli kain: "Kalau Ustadz Sholeh bilang saya salah, kepalaku aku potong untukmu. Kalau kamu yang salah, bagaimana?"
SUDIN: "Kalau saya yang salah, jabatanku untukmu".
Keduanya sepakat untuk bertaruh, lalu pergi mencari Ustad Sholeh. Setelah Ustad Sholeh tahu duduk persoalannya, Ustad Sholeh berkata kepada SUDIN sambil tertawa: "3x8 = 23. SUDIN, kamu kalah. Kasihkan jabatanmu kepada dia." Selamanya SUDIN tidak akan berdebat dengan gurunya. Ketika mendengar Ustad Sholeh bilang dia salah, diturunkannya topinya lalu dia berikan kepada pembeli kain.
Orang itu mengambil topi SUDIN dan berlalu dengan puas.Walaupun SUDIN menerima penilaian Ustad Sholeh tapi hatinya tidak sependapat. Dia merasa Ustad Sholeh sudah tua dan pikun sehingga dia tidak mau lagi belajar darinya.SUDIN minta cuti dengan alasan urusan keluarga. Ustad Sholeh tahu isi hati SUDIN dan memberi cuti padanya. Sebelum berangkat, SUDIN pamitan dan Confusius memintanya cepat kembali setelah urusannya selesai, dan memberi SUDIN dua nasehat : "Bila hujan lebat, janganlah berteduh di bawah pohon. Dan jangan membunuh."
SUDIN bilang baiklah lalu berangkat pulang.
Di dalam perjalanan tiba2 angin kencang disertai petir, kelihatannya sudah mau turun hujan lebat. SUDIN ingin berlindung di bawah pohon tapi tiba2 ingat nasehat Ustad Sholeh dan dalam hati berpikir untuk menuruti kata gurunya sekali lagi. Dia meninggalkan pohon itu. Belum lama dia pergi, petir menyambar dan pohon itu hancur. SUDIN terkejut, nasehat gurunya yang pertama sudah terbukti.
Apakah saya akan membunuh orang? SUDIN tiba dirumahnya sudah larut malam dan tidak ingin mengganggu tidur istrinya. Dia menggunakan pedangnya untuk membuka kamarnya. Sesampai didepan ranjang, dia meraba dan mendapati ada seorang di sisi kiri ranjang dan seorang lagi di sisi kanan. Dia sangat marah, dan mau menghunus pedangnya. Pada saat mau menghujamkan pedangnya, dia ingat lagi nasehat Ustad Sholeh, jangan membunuh. Dia lalu menyalakan lilin dan ternyata yang tidur disamping istrinya adalah adik istrinya.
Pada keesokan harinya, SUDIN kembali ke Ustad Sholeh, berlutut dan berkata: "Guru, bagaimana guru tahu apa yang akan terjadi?"
Ustad Sholeh berkata: "Kemarin hari sangatlah panas, diperkirakan akan turun hujan petir, makanya guru mengingatkanmu untuk tidak berlindung dibawah pohon. Kamu kemarin pergi dengan amarah dan membawa pedang, maka guru mengingatkanmu agar jangan membunuh".
SUDIN berkata: "Guru, perkiraanmu hebat sekali, murid sangatlah kagum."
Ustad Sholeh bilang: "Aku tahu kamu minta cuti bukanlah karena urusan keluarga. Kamu tidak ingin belajar lagi dariku. Cobalah kamu pikir. Kemarin guru bilang 3x8=23 adalah benar, kamu kalah dan kehilangan jabatanmu. Tapi jikalau guru bilang 3x8=24 adalah benar, si pembeli kainlah yang kalah dan itu berarti akan hilang 1 nyawa. Menurutmu, jabatanmu lebih penting atau kehilangan 1 nyawa yang lebih penting?"
SUDIN sadar akan kesalahannya dan berkata : "Guru mementingkan yang lebih utama, murid malah berpikir guru sudah tua dan pikun. Murid benar2 malu."
Sejak itu, kemanapun Ustad Sholeh pergi SUDIN selalu mengikutinya.
Cerita ini mengingatkan kita:
Jikapun aku bertaruh dan memenangkan seluruh dunia, tapi aku kehilangan kamu, apalah artinya.
Dengan kata lain, kamu bertaruh memenangkan apa yang kamu anggap adalah kebenaran, tapi malah kehilangan sesuatu yang lebih penting.
Banyak hal ada kadar kepentingannya. Janganlah gara2 bertaruh mati2an untuk prinsip kebenaran itu, tapi akhirnya malah menyesal, sudahlah terlambat.
Banyak hal sebenarnya tidak perlu dipertaruhkan. Mundur selangkah, malah yang didapat adalah kebaikan bagi semua orang.
Bersikeras melawan pelanggan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.
Bersikeras melawan atasan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.
Bersikeras melawan suami. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.
Bersikeras melawan teman. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga
Kemenangan bukanlah soal medali, tapi terlebih dulu adalah kemenangan terhadap diri dan lebih penting kemenangan di dalam hati.

nb : nama tokoh direvisi sesuai dengan adat istiadat setempat terimakasih.


0 komentar:

Post a Comment