Kata
pujangga cinta letaknya di hati. Meskipun tersembunyi, namun getarannya tampak
sekali. Ia mampu mempengaruhi pikiran sekaligus mengendalikan tindakan.
Sungguh, Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh
menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi
nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat. Cintalah yang mampu melunakkan besi,
menghancurkan batu karang, membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan
padanya serta membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dasyatnya cinta
(Jalaluddin Rumi).
Namun hati-hati juga dengan cinta, karena cinta juga dapat membuat orang sehat
menjadi sakit, orang gemuk menjadi kurus, orang normal menjadi gila, orang kaya
menjadi miskin, raja menjadi budak, jika cintanya itu disambut oleh para
pecinta palsu. Cinta yang tidak dilandasi kepada Allah. Itulah para pecinta
dunia, harta dan wanita. Dia lupa akan cinta Allah, cinta yang begitu agung,
cinta yang murni. Cinta Allah cinta yang tak bertepi. Jikalau sudah mendapatkan
cinta-Nya, dan manisnya bercinta dengan Allah, tak ada lagi keluhan, tak ada
lagi tubuh lesu, tak ada tatapan kuyu. Yang ada adalah tatapan optimis
menghadapi segala cobaan, dan rintangan dalam hidup ini. Tubuh yang kuat dalam
beribadah dan melangkah menggapai cita-cita tertinggi yakni syahid di
jalan-Nya. Tak jarang orang mengaku mencintai Allah, dan sering orang
mengatakan mencitai Rasulullah, tapi bagaimana mungkin semua itu diterima Allah
tanpa ada bukti yang diberikan, sebagaimana seorang arjuna yang mengembara,
menyebarangi lautan yang luas, dan mendaki puncak gunung yang tinggi demi
mendapatkan cinta seorang wanita. Bagaimana mungkin menggapai cinta Allah, tapi
dalam pikirannya selalu dibayang-bayangi oleh wanita/pria yang dicintai. Tak
mungkin dalam satu hati dipenuhi oleh dua cinta. Salah satunya pasti menolak,
kecuali cinta yang dilandasi oleh cinta pada-Nya. Di saat Allah menguji
cintanya, dengan memisahkanya dari apa yang membuat dia lalai dalam mengingat
Allah, sering orang tak bisa menerimanya. Di saat Allah memisahkan seorang
gadis dari calon suaminya, tak jarang gadis itu langsung lemah dan terbaring
sakit. Di saat seorang suami yang istrinya dipanggil menghadap Ilahi, sang
suami pun tak punya gairah dalam hidup. Di saat harta yang dimiliki hangus
terbakar, banyak orang yang hijrah kerumah sakit jiwa, semua ini adalah bentuk
ujian dari Allah, karena Allah ingin melihat seberapa dalam cinta hamba-Nya
pada-Nya. Allah menginginkan bukti, namun sering orang pun tak berdaya
membuktikannya, justru sering berguguran cintanya pada Allah, disaat Allah
menarik secuil nikmat yang dicurahkan-Nya. Itu semua adalah bentuk cinta palsu,
dan cinta semu dari seorang makhluk terhadap Khaliknya. Padahal semuanya sudah
diatur oleh Allah, rezki, maut, jodoh, dan langkah kita, itu semuanya sudah ada
suratannya dari Allah, tinggal bagi kita mengupayakan untuk menjemputnya. Amat
merugi manusia yang hanya dilelahkan oleh cinta dunia, mengejar cinta makhluk,
memburu harta dengan segala cara, dan enggan menolong orang yang papah. Padahal
nasib di akhirat nanti adalah ditentukan oleh dirinya ketika hidup didunia,
Bersungguh-sungguh mencintai Allah, ataukah terlena oleh dunia yang fana ini.
Jika cinta kepada selain Allah, melebihi cinta pada Allah, merupakan salah satu
penyebab do’a tak terijabah. “Bagaimana mungkin Allah mengabulkan permintaan
seorang hamba yang merintih menengadah kepada Allah di malam hari, namun ketika
siang muncul, dia pun melakukan maksiat.” “Bagaimana mungkin do’a seorang gadis
ingin mendapatkan seorang laki-laki sholeh terkabulkan, sedang dirinya sendiri
belum sholehah.” “Bagaimana mungkin do’a seorang hamba yang mendambakan rumah
tangga sakinah, sedang dirinya masih diliputi oleh keegoisan sebagai pemimpin
rumah tangga.” “Bagaimana mungkin seorang ibu mendambakan anak-anak yang
sholeh, sementara dirinya disibukkan bekerja di luar rumah sehingga pendidikan
anak terabaikan, dan kasih sayang tak dicurahkan.” “Bagaimana mungkin keinginan
akan bangsa yang bermartabat dapat terwujud, sedangkan diri pribadi belum bisa
menjadi contoh teladan” Banyak orang mengaku cinta pada Allah dan Allah hendak
menguji cintanya itu. Namun sering orang gagal membuktikan cintanya pada sang
Khaliq, karena disebabkan secuil musibah yang ditimpakan padanya. Yakinlah
wahai saudaraku kesenangan dan kesusahan adalah bentuk kasih sayang dan cinta
Allah kepada hambanya yang beriman… Dengan kesusahan, Allah hendak memberikan
tarbiyah terhadap ruhiyah kita, agar kita sadar bahwa kita sebagai makhluk
adalah bersifat lemah, kita tidak bisa berbuat apa-apa kecuali atas izin-Nya.
Saat ini tinggal bagi kita membuktikan, dan berjuang keras untuk memperlihatkan
cinta kita pada Allah, agar kita terhindar dari cinta palsu. Dan Allah tidak
akan menyia-nyiakan hambanya yang betul-betul berkorban untuk Allah Untuk
membuktikan cinta kita pada Allah, ada beberapa hal yang perlu kita persiapkan
yaitu: 1) Iman yang kuat 2) Ikhlas dalam beramal 3) Mempersiapkan kebaikan
Internal dan eksternal. Kebaikan internal yaitu berupaya keras untuk
melaksanakan ibadah wajib dan sunah. Seperti qiyamulail, shaum sunnah, bacaan
Al-qur’an dan haus akan ilmu. Sedangkan kebaikan eksternal adalah buah dari
ibadah yang kita lakukan pada Allah, dengan keistiqamahan mengaplikasikannya
dalam setiap langkah, dan tarikan nafas disepanjang hidup ini. Dengan demikian
InsyaAllah kita akan menggapai cinta dan keridhaan-Nya.
0 komentar:
Post a Comment